Oleh : Rizki Al Kharim
A.
Gejala
Penyakit ND/ Tetelo
Beternak merupakan
salah satu pilih dalam berwirausaha.
Beternak ayam boiler atau yang lebih sering kita sebagai ayam pedaging
sangat menjajikan. Kebutuhan konsumsi masyarakat akan daging ayam cukup tinggi.
Daging ayam yang mempunyai gizi yang mumpuni dan harganya terjangkau adalah
daging ayam potong. Tentu hal ini menjadi pilihan yang banyak diambil oleh
seseorang yang ingin memulai usaha.
Namun hal tersebut
tidak selalu mulus untuk menjadi peternak ayam potong yang sukses tentu perlu
perjuangan dan pengorbanan. Tidak hanya cukup modal materi, adanya pngetahuan
yang mumpuni dalam beternak ayam akan membantu seorang peternak ayam dapat
menghadapi setiap masalah yang muncul ketika menjalankan usahannya.
Masalah yang sering
muncul dalam beternal ayam potong adalah terjangkitnya Virus ND atau Tetelo.
Virus ini memang tidak langsung serta merta menyerang ayam diawal. Namun ketika
sudah mengalami panen sebanyak 2 sampai 3 kali baru penyakit ini mulai datang. Tidak
hanya itu penyakit ini juga muncul pada bulan-bulan tertentu dimana disaat
musim hujan.
Adapun
gejala klinis yang terlihat pada penderitasangat bervariasi, dari yang
sangat ringan sampai yang terberat.
Berikut ini dijelaskan kemungkinangejala-gejala klinis pada ungggas penderita
penyakit ND:
1. Bentuk
Velogenik-viscerotropik : bersifat akut,
menimbulkan kematian yang tinggi,
mencapai 80 – 100%. Pada permulaansakit napsu makan hilang, mencret yang kadang-kadang disertai darah, lesu, sesak
napas, megap-megap, ngorok, bersin, batuk, paralisis parsial atau komplit, kadang-kadang
terlihat gejala torticalis
2.
Bentuk Velogenik-pneumoencephalitis :
gejala pernapasan dan syaraf, seperti torticalis
lebih menonjol terjadi daripada velogenik-viscerotropik. Mortalitas bisa mencapai 60 – 80 %.
3. Bentuk
Mesogenik : pada bentuk ini terlihat gejala klinis berupa gejala respirasi, seperti : batuk, bersin, sesak napas,
megap-megap. Pada anak ayam menyebabkan kematian
sampai 10%, sedangkan pada ayam dewasa hanya berupa penurunan produksi telur dan hambatan pertumbuhan, tidak
menimbulkan kematian.
4. Bentuk
Lentogenik : terlihat gejala respirasi ringan saja, tidak terlihat gejala
syaraf. Bentuk ini tidak menimbulkan
kematian, baik pada anak ayam maupun ayam dewasa.
5. Bentuk
asymptomatik : pada galur lentogenik juga sering tidak memperlihatkan gejala klinis.
B.
Pencegahan
Masalah-masalah terkait
gejala pada ayam tersebut dapat dikurangi dengan cara pencegaha. Salah satunya
yaitu dengan tindakan vaksinasi merupakan langkah yang tepat sebagai upaya
pencegahan terhadap penyakit ND. Program
vaksinasi yang secara umum diterapkan, yaitu (1) pada infeksi lentogenik ayam pedaging, dicegah
dengan pemberian vaksin aerosol atau tetes
mata pada anak ayam umur sehari dengan menggunakan vaksin Hitchner
B1dan dilanjutkan dengan booster melalui
air minum atau secara aerosol (2) pada infeksi
lentogenik ayam pembibit dapat dicegah dengan pemberian vaksin Hitchner
B1secara aerosol atau tetes mata
padahari ke-10. Vaksinasi berikutnya dilakukan pada umur 24 hari dan 8 minggu dengan vaksin Hitchner B1
atau vaksin LaSota dalam air, diikuti dengan
pemberian vaksin emulsi multivalen yang diinaktivasi dengan minyak pada umur 18 – 20 minggu. Vaksin multivalen ini dapat
diberikan lagi pada umur 45 minggu, tergantung kepada titer antibodi kawanan
ayam, resiko terjangkitnya penyakit dan faktor-faktor lain yang berhubungan
dengan pemeliharaan. Tindakan pencegahan selain vaksinasi adalah sanitasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain (1) sebelum kandang
dipakai, kandang dibersihkan kemudian dilabur
dengan kapur yang dibubuhi NaOH 2%. Desinfeksi kandang dilakukan secara fumigasi
dengan menggunakan fumigant berupa formalin 1 – 2% dan KMnO4, dengan perbandingan 1 : 5000 (2) liter diupayakan
tetap kering, bersih dengan ventilasi yang
baik. Bebaskan kandang dari hewan-hewan vektor yang bisa memindahkan
virus ND.
Kandang
diusahakan mendapat cukup sinar matahari (3) hindari penggunaan karung bekas (4) DOC harus berasal dari
perusahaanpembibit yang bebas dari ND (5) di pintu-pintu masuk disediakan
tempat penghapus hamaan, baik untuk alat transportasi maupun orang. (6) memberikan pakan yang cukup
kuantitas maupun kualitas. Pengendalian Tindakan pengendalian untuk menekan
penularan penyakit ND sangat diperlukan. Tindakan-tindakan tersebut, antara
lain meliputi (1) ayam yang mati karena ND harus dibakar atau dikubur (2) ayam penderita yang
masih hidup harus disingkirkan, disembelih
dan daging bisa diperjualbelikan dengan syarat harus dimasak terlebih
dahulu dan sisa pemotongan harus dibakar
atau dikubur (3) larangan mengeluarkan ayam, baik dalam keadaan mati atau hidup bagi peternakan yang
terkena wabah ND, kecuali untuk kepentingan
diagnosis(4) larangan menetaskantelur dari ayam penderita ND dan izin menetaskan telur harus dicabut selama masih
ada wabah ND pada perusahaan pembibit (5) penyakit ND dianggap lenyap dari
peternakansetelah 2 bulan dari kasus terahir atau 1 bulan dari kasus terakhir
yang disertai tindakan penghapus hamaan.
C.
Pengobatan
Berdasarkan penglaan
dan wawancara dengan petani ayam yang ada di Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. Cara-cara yang sering digunakan untuk memberi
kekebalan daya tahan tubuh pada ayam potong adalah dengan bahan-bahan
tradisional yang ada di alam Indonesia. menurut Muslim, (2013) sebagai berikut:
Bahan baku :
- Daun papaya
- Temuireng
- Temulawak
- Kulit bawang putih
- Kulit bawang merah
- Daun teh
- Daun salam
- Daun singkong
NB: tidak ada takaran
mengenai bahan-bahan di atas, karena sifatnya seperti jamu godokan. Jadi
silakan gunakan bahan seperlunya.
Cara pembuatan :
- Semua bahan diiris tipis-tipis, masukkan ke dalam panci
berisi air, dan direbus sampai mendidih.
- Setelah mendidih, matikan kompor, dan diamkan ramuan
ini beberapa saat sampai suhunya menjadi hangat-hangat kuku.
- Air rebusan disaring.
- Ampasnya jangan dibuang, karena masih bisa digunakan
untuk campuran pakan basah pada itik / ayam, atau dikeringkan untuk
dicampur dengan voer burung. Ampas ini juga dapat membantu mencegah burung
dari berbagai penyakit akibat virus dan bakteri, termasuk tetelo dan flu
burung.
Cara pakai :
- Untuk burung yang biasa dipegang, air rebusan ini bisa
diteteskan langsung ke paruh burung, dengan dosis 2 sendok makan (sekitar
5 ml atau 5 cc).
- Untuk burung yang belum terbiasa dipegang, 1 bagian air
rebusan bisa dicampurkan ke dalam 3 – 4 bagian air minum.
- Menjelang pancaroba atau pergantian musim (Oktober –
November dan April – Mei), ramuan ini bisa berikan setiap 2-3 hari sekali.
- Di luar musim pancaroba,
pemberian cukup 1 minggu sekali.
Sebagian bahan ini
juga digunakan para peternak ayam organik di Kabupaten Demak dan Kabupaten Pati
dan sejauh ini bebas dari segala jenis penyakit yang disebabkan virus dan
bakteri: dua sumber penyakit yang paling sering menyebabkan kematian. Artikel
ini dibuat dengan pengalam dan refrensi berbagi sumber semoga memberi manfaat.
Daftar Pustaka
Muslimin, Dudung Abdul. 2013. Cara Tradisional Dan Cespleng Cegah Tetelo Pada Burung. Online. (www.omkicau.com), diakses tanggal 25
November 2014.
. Tanpa tahun. Penyakit Virsal, (ND, IBD & MAREK’).
Online. (www.directory.umm.ac.id),
diakses tanggal 25 November 2014.